1329449186555464645
Setiap kali saya melewati rumah-rumah Saudi yang besar dengan temboknya yang tinggi-tinggi,yang pertama kali saya bayangkan adalah TKW kita yang kemungkinan dipekerjakan dirumah tersebut. Ketika saya membayangkan itu, sering sekali hati saya sangat sedih dan kadang  mau menangis membayangkan seandainya TKW kita yang bekerja di rumah-rumah tersebut sebagai pembantu rumah tangga. Saya selalu membayangkan seandainya mereka adalah adik kandung saya, kakak kandung saya, ataupun ibu kandung saya. Saya membayangkan bagaimana kerasnya pergumulan mereka yang bekerja di dalam rumah-rumah tersebut, berada di tengah-tengah gurun pasir tandus, dan kemungkinan mereka tidak tahu posisi mereka berada karena tidak pernah memiliki kesempatan keluar rumah oleh berbagai sebab, sepanjang hari, bulan dan tahun hanya berada di dalam rumah tersebut, terkurung , terpenjara.  Belum lagi ketika mereka pulang ke Indonesia yang sering sekali ditipu oleh saudara-saudara sebangsanya di pintu masuk negri mereka sendiri.
Iya, mereka harus bekerja keras melayani keluarga yang sangat asing, sangat jauh berbeda dari segi budaya, kebiasaan, bahasa mereka, sejauh mereka terpisah dari desa kampung halaman mereka, sejauh mereka terpisah dari anak, suami,adik, kakak, bapak, ibu dan keluarga mereka. Mereka harus berjuang keras, sendiri,  kesepian, mempertaruhkan raga tenaga, harga diri bahkan nyawa demi setumpuk uang kira-kira 800 SR perbulan atau mungkin sedikit lebih ( jika di kurs Indonesia sekitar Rp 2 jt an ). Bisa kita bayangkan arti nominal uang tersebut di zaman sekarang , kemudian jika kita bandingkan dengan perjuangan yang harus mereka tanggung, sebagai sebangsa setanah air, mungkin akan membuat kita bersedih. Mungkin terlalu gampang saya menyebut demi setumpuk uang, namun ternyata itu sangat-sangat berharga bagi keluarga mereka, menghidupi keluarga mereka, menyekolahkan anak-anak mereka di kampung.
Kemudian, ketika saya membaca berita-berita yang terjadi di Indonesia, yang saban hari hingar bingar kabar korupsi tiada henti, pejabat hingga aparat hukum silih berganti masuk keluar penjara membuat dada saya panas sesak. Kemudian semakin saya mengikuti banyaknya berita-berita korupsi yang terjadi, sensasi, bantahan dan rekayasa yang dipertontonkan, dengan  gampangnya ‘tersebut’ nominal ratusan juta hingga milliaran rupiah yang keluar dari mulut para orang-orang yang terindikasi dan yang terlibat,  membuat saya sangat emosi, ingin rasanya membunuh anak, istri, ayah, ibu ataupun anggota keluarga si tersangka ataupun orang2 yang terbukti bersalah, ingin membuat mereka menderita, mengerti arti kehilangan, ditinggalkan, sendiri, kesepian.
Sangat ironis sekali memang, tanah kita subur, kaya sumber daya alam, lautnya juga luas, namun puluhan juta rakyat hidup miskin, jutaan wanita ‘DIPAKSA’ keluar dari negrinya. Dengan gampangnya mereka para pejabat yang diangkat sendiri oleh rakyat membuka kran TKW  ke luar negri tanpa diberikan modal pendidikan yang cukup, mental yang cukup, hanya dikarenakan mereka tidak mampu menjabat, memenuhi kebutuhan rakyat, mensejahtrahkan rakyat. Seandainya saya jadi presiden, saya akan menggratiskan biaya pendidikan secara total di seluruh pelosok daerah hingga tingkat SMU/SMA dan men-subsidi setinggi-tingginya harga kebutuhan pokok.
Hmm..rupanya saya hanya bermimpi, karena tidak mungkin Anas, Anggie dkk dihukum mati seandainyapun nanti mereka terbukti bersalah di pengadilan. Klo saya jadi presiden, masih mungkin, tapi jadi presiden ojek.. :)
Source: www.kompasiana.com

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Viewed

- Copyright © MIRAI PEDIA - Ahmad Fauzi - Powered by Blogger - Modified by AF